Rabu, 11 Mei 2011

Sejarang Apa Gerangan Kecurangan UN Dipampang? Oleh : Eddy Soejanto*

Sejarang Apa Gerangan Kecurangan UN Dipampang?

Oleh : Eddy Soejanto*

(dimuat di Media Mataraman Edisi 167 Mei 2011

Terbayang-bayang di mata saya saat teringat kembali acara pertemuan antara para petinggi SMA se Ponorogo dengan para calon pengawas ruang Ujian Nasional (UN) menjelang pelaksanaan UN SMA 2011. Kesannya masih bisa saya rasakan, bagaimana optimis Pak Sis dengan tema UN 2011 yang harus jujur dan berkualitas, juga bagaimana permintaan legowo dari Pak Hastomo, dan regeng-nya suasana oleh celoteh Pak Sugeng.

Sayangnya, situasi sekondusif itu tak dapat seluruhnya diboyong ke ruang-ruang UN pada saat pelaksanaan UN. Sejak hari pertama saja emosi pengawas ruang UN sudah banyak dipanas-panasi dengan sikap ndableg-nya siswa penempuh UN yang berani membawa hape ke ruang UN.

Pantas saja mereka lakukan itu, sebab ternyata para siswa penempuh UN memang sangat membutuhkan hape di dalam ruang-ruang UN. Buat apalagi kalau tidak untuk mengutip kembali jawaban soal yang diterima melalui SMS.

Ketika pengawas ruang UN mengetahui ini, hilanglah legowo menoleransi, sehingga beberapa pengawas ruang UN dikesankan sebagai memberikan tekanan berlebih atas sikap kepengawasan mereka. Padahal prosedur yang mereka lakukan ini benar. Untung tidak menimbulkan clash dengan siswa penempuh UN seperti pernah kejadian beberapa tahun lalu di sebuah SMA negeri yang akhirnya terbawa ke ranah pelanggaran hukum.

Tak kalah heboh yang terjadi di hari kedua adalah akibat ulah beberapa siswa penempuh UN dilihat pengawas ruang UN sanggup mengisi jawaban sekitar separuh soal dari seluruh soal mata pelajaran yang diujikan. Dan ini hanya berlangsung beberapa saat setelah naskah soal selesai dibagikan. Mudah diduga, sumber jawabannya ditemukan oleh pengawas ruang UN tak lepas dari hape atau berupa catatan di secuil kertas yang disembunyikan rapi. Demikian seterusnya.

Maka tak heran kemudian merebak berita kasus kecurangan justru di tempat-tempat lain seperti Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Bahkan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sanggup membeberkan temuannya terkait kecurangan pada pelaksanaan UN SMA 2011. Kecurangan tersebut terjadi di DI Yogyakarta, Aceh Utara, Bekasi, Probolinggo, Bengkulu, dan Lampung Tengah.

Oleh karena itu, media massa sempat mengunggah pernyataan Mendiknas yang berani berkata, bahwa kecurangan itu wajar, walaupun tetap harus diterapkan sanksinya. Lalu sejarang apakah gerangan kecurangan UN di kabupaten kita dipampangkan? Tak sekalipun seingat saya. Apakah ini sebagai penanda para siswa penempuh UN SMA di Ponorogo telah dapat memenuhi harapan pelbagai pihak untuk melaksanakan UN secara jujur dan berkualitas?

Terlepas dari hal itu, masih terdapat pernik-pernik UN SMA 2011 yang tak pantas dilepas begitu saja. Bisa diberikan catatan, seperti pada peristiwa repotnya pengawas ruang UN dan panitia subrayon di hari terakhir UN. Para pengawas ruang UN dikagetkan dengan kode paket soal P46 di dalam amplop naskah soal yang berisi mata pelajaran bukan semestinya diujikan. Panitia UN pun harus menggandakan soal guna menutup kekurangannya sesuai prosedur, dan ini cukup membuat mereka berkeringat.

Dan yang tak dapat diabaikan adalah catatan terhadap tendensiusnya si pengedar kunci jawaban soal melalui hape yang dengan gegabah menuliskan nama seseorang sebagai sumber pada saat mengirimkan lewat SMS. Dan seandainya yang diterakan di sana adalah nama identitas Anda, maka tentu bisa Anda bayangkan akan menjadi serunyam bagaimanakah dampak yang diakibatkannya?

Jadi, kalau kasus ini bukan bertujuan sebagai pembunuhan karakter terhadap seseorang, terus kelakuan buruk yang mana lagi pantas disebutkan? Dari beberapa nama yang saya dapat, ternyata hanya satu nama telah melakukan pembelaan yang sangat mengundang simpati melalui jejaring sosial facebook.

Sedangkan dari soal UN, setelah beberapa guru menganalisa terhadap paket soal P12, P25, P39, P46 dan P54, mereka menemukan bahwa soal-soal itu hanya dibedakan dengan menggeser-geser nomer soal saja, bahkan ada soal yang sama persis di kelima tipe itu .

Kok enak banget kerja si pembuat soal bertaraf nasional itu, komentar guru-guru itu. Coba saja MGMP Kabupaten Ponorogo ditugasi membuat soal-soal UN, mereka jamin sanggup membuat yang tidak sekedar main geser nomernya saja. Ini sudah dibuktikan oleh mereka pada soal-soal try out UN. Nah, hebat bukan guru-guru Ponorogo?

Tentu saja tak kalah hebatnya adalah kinerja panitia penyelenggara dan subrayon atas besarnya kepedulian mereka terhadap kebutuhan pengawas ruang UN. Untuk itu, di kesempatan memberikan sambutan mewakili teman-teman pengawas ruang UN saat mengakhiri tugas, sempat saya ucapkan terimakasih atas segala gupuh, aruh, suguh, dan isi amplop yang ternyata utuh bahkan diberi imbuh.

*Eddy Soejanto adalah pemerhati pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar